manfredodicrescenzo –Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah signifikan sebesar 1,96% ke level 6.968,63 pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025. Penurunan ini terjadi seiring seluruh sektor saham memerah, dipicu pelemahan rupiah yang menembus Rp16.400 per dolar AS. Indeks LQ45 juga tertekan hingga 2,26% ke level 774,81. Sebanyak 571 saham mengalami penurunan harga, sementara hanya 92 saham yang menguat. Nilai transaksi mencapai Rp14 triliun, dengan volume perdagangan 24,9 miliar lembar saham.
Sektor transportasi dan bahan baku memimpin pelemahan masing-masing turun 3,84% dan 3,75%. Sektor teknologi, energi, keuangan, dan industri turut menambah tekanan dengan pelemahan di atas 1,5%. Menurut Nafan Aji Gusta dari Mirae Asset, IHSG tengah mengalami fase konsolidasi bearish akibat perubahan proyeksi suku bunga oleh The Fed yang memperkirakan inflasi tinggi dan pertumbuhan ekonomi AS melemah.
“Baca juga: Menginspirasi UMKM Indonesia Pesta Rakyat Sampoerna“ [3]
Tekanan IHSG Eksternal Jadi Pemicu, Investor Global Bersikap Hati-Hati
Kebijakan The Federal Reserve yang menahan suku bunga di kisaran 4,5% dan menurunkan proyeksi pertumbuhan ekonomi AS ke angka 1,4% memberi tekanan besar. Sementara itu, Bank Indonesia tetap mempertahankan suku bunga acuan BI Rate di 5,5% untuk menjaga stabilitas nilai tukar.
Analis MNC Sekuritas Herditya Wicaksana menilai IHSG telah menembus support penting dan berpotensi menguji area 6.882–6.919. Koreksi pasar global, kekhawatiran geopolitik di Timur Tengah, serta ketidakpastian tarif AS menjadi pemicu utama kehati-hatian investor.
Saham CSIS Pimpin Top Gainers, MTFN Tercatat Sebagai Top Loser
Pada perdagangan Kamis, 19 Juni 2025, beberapa saham mencatatkan kinerja luar biasa meski IHSG melemah. Saham CSIS mencatat lonjakan tertinggi dengan kenaikan 35%, diikuti LABA naik 23,93%, dan NZIA tumbuh 21,95%. Saham PTMR dan BALI masing-masing naik 14,74% dan 14,65%.
Sebaliknya, saham MTFN menjadi top losers setelah anjlok 25%. Saham BTEK turun 16,67%, OBAT merosot 15%, CBUT terpangkas 14,97%, dan MBSS kehilangan 14,89% dari nilainya.
Saham teraktif berdasarkan nilai transaksi adalah BBRI dengan total nilai Rp1,4 triliun, diikuti ANTM Rp782,4 miliar, dan BBCA Rp695,3 miliar. Sementara berdasarkan frekuensi, BBRI tercatat 74.037 kali, BBCA 45.234 kali, ANTM 42.319 kali, BRMS 34.031 kali, dan LABA 33.980 kali.
Sentimen Global Tekan Bursa Asia, Hang Seng dan Nikkei Terkoreksi
Bursa saham Asia Pasifik turut terkoreksi mengikuti tekanan dari pasar global. Indeks Hang Seng Hong Kong memimpin penurunan dengan koreksi lebih dari 2%. Investor khawatir atas ketegangan antara Iran dan Israel serta sikap The Fed yang mempertahankan suku bunga.
Indeks CSI 300 di Tiongkok turun 0,82%, sedangkan Nikkei 225 Jepang melemah 1,02%. Indeks Topix turun 0,58%, dan ASX 200 Australia mendatar. Sementara Kospi Korea Selatan justru naik tipis 0,19%.
Di Amerika Serikat, Wall Street ditutup beragam. Dow Jones turun 0,10%, S&P 500 turun tipis 0,03%, dan Nasdaq justru naik 0,13%.
Leave a Reply