Menlu Iran Tegur Trump soal Sikap ke Ayatollah Khamenei

Menlu Iran Tegur Trump soal Sikap ke Ayatollah Khamenei

manfredodicrescenzo –Menlu Iran, Abbas Araghchi, melontarkan teguran keras kepada mantan Presiden Amerika Serikat, Donald Trump. Ia menegaskan bahwa langkah awal menuju kesepakatan baru antara kedua negara harus dimulai dengan sikap saling menghormati, khususnya terhadap Menlu Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Pernyataan Araghchi disampaikan melalui akun media sosial X pada Jumat (27/6), dan dikutip dari Anadolu Agency pada Minggu (29/6/2025). Ia memperingatkan bahwa Trump tidak bisa berharap membangun dialog konstruktif jika masih menggunakan retorika yang dianggap menghina dan ofensif terhadap Ayatollah Khamenei.

“Jika Presiden Trump benar-benar menginginkan kesepakatan, ia harus mengesampingkan nada tidak sopan terhadap Pemimpin Tertinggi Iran dan berhenti menyakiti jutaan pengikutnya,” tulis Araghchi.

Teguran itu muncul sebagai respons atas unggahan Trump sebelumnya di platform Truth Social. Dalam unggahannya, Trump menyebut Ayatollah Khamenei berbohong ketika mengklaim Iran telah menang atas Israel. Ia juga menuding Khamenei tidak pantas disebut “Pemimpin Tertinggi” dan menggambarkan Iran sebagai negara yang selalu bermusuhan.

Ketegangan antara kedua negara kembali meningkat menjelang pemilu AS dan di tengah ketidakpastian regional. Iran menilai pernyataan Trump berpotensi memperburuk hubungan diplomatik dan menutup ruang negosiasi.

Sikap Menlu Iran mencerminkan posisi tegas pemerintah Teheran terhadap penghormatan simbolis terhadap kepemimpinan negara. Sebuah prasyarat yang dianggap penting sebelum membicarakan kesepakatan baru, terutama dalam isu sanksi dan keamanan regional.

“Baca juga: Nasib Betrand Peto Setelah Ruben Gugat Cerai Sarwendah“ [2]

Menlu Iran Tegaskan Kedaulatan: Tak Ada yang Bisa Tentukan Takdir Kami

Menteri Luar Negeri Iran, Abbas Araghchi, kembali menyuarakan ketegasan negaranya di tengah ketegangan regional yang meningkat. Ia menyatakan bahwa Iran adalah negara merdeka yang tidak akan pernah membiarkan pihak luar mengatur atau menentukan arah masa depannya. Pernyataan ini disampaikan Araghchi menanggapi tekanan dari Amerika Serikat dan sekutunya, termasuk serangan militer baru-baru ini terhadap fasilitas penting Iran.

“Rakyat Iran yang hebat dan berdaulat tidak akan menerima ancaman atau penghinaan dari siapa pun,” tegas Araghchi dalam pernyataan resminya, dikutip Minggu (29/6/2025). Ia menambahkan bahwa jika provokasi terus berlanjut, Iran tidak akan ragu menunjukkan kemampuan militernya yang sebenarnya untuk melindungi kedaulatan dan martabat nasional.

Pernyataan keras tersebut muncul setelah Amerika Serikat melancarkan serangan besar-besaran pada 22 Juni. Serangan itu mencakup enam bom penghancur bunker yang ditujukan ke fasilitas nuklir Fordo, serta puluhan rudal jelajah ke Natanz dan Isfahan. Serangan ini diklaim sebagai bagian dari upaya menghentikan program nuklir Iran yang dianggap semakin mengancam.

Di tengah situasi yang kompleks ini, Araghchi menekankan pentingnya rasa saling menghormati dalam diplomasi internasional. “Niat baik akan dibalas dengan niat baik, dan rasa hormat akan menghasilkan rasa hormat,” ujarnya. Pandangan ini sekaligus menjadi sinyal bahwa Iran tetap membuka pintu diplomasi, selama prinsip kedaulatan dan martabat nasional tetap dihargai.

“Simak juga:Tarif Tinggi Eropa Picu Gelombang Kekhawatiran BMW Dan Mercedes-Benz di Hadapan China” [4]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *